06/08/11

Kreatifitas Petani Anggana, Budidayakan Udang Galah di Sawah

SAMARINDA – vivaborneo.com, Karya wirausaha Kaltim lainnya yang akan ditampilkan pada perhelatan Penas XIII di Tenggarong adalah budidaya padi dan udang galah yang dilakukan Kelompok Tani Perikanan Mandiri Jaya, Kecamatan Anggana yang dipimpin Rahmat Amin.
Budidaya udang galah dilakukan di lahan sawah seluas 6 hektar yang berada di sekitar aliran sungai, tak jauh dari sungai Mahakam. Dari budidaya yang dikembangkan, masih dari lokasi yang sama, Rahmat Amin bisa melakukan panen untuk hasil padi dan panen dari hasil budidaya ikan dan udang galah.
“Awalnya lewat program minapadi, kami memanfaatkan berbagai jenis ikan yang sudah biasa hidup di sawah, ikan mas, nila. Nilem dan tawes. Akhirnya, kami juga bisa membudidayakan udang galah yang memiliki harga jual lebih tinggi,” kata Rahmat Amin.
Hingga saat ini, harga jual udang galah masih cukup tinggi.  Udang konsumsi untuk ukuran 20 – 30 ekor/kg di pasar lokal laku dijual dengan harga antara Rp35.000 – Rp50.000/kg. Namun sayang, daerah pengembangan budidaya udang galah masih terbatas di pulau Jawa dan Bali, serta Sumatera Selatan.
Setiap kali panen, Rahmat Amin bisa memanen tidak kurang dari 80 kg  udang galah untuk setiap hektar lahan sawahnya. Dengan ukuran bervariasi, rata-rata harga udang dalah dijual Rp50.000 /kg (penjualan di tempat).
Rahmat Amin yang giat mengikuti berbagai pelatihan keterampilan dan kewirausahaan tersebut terus mengembangkan usahanya dengan melakukan berbagai upaya, diantaranya dengan penggunaan benih berkualitas yang berasal dari Bali (macrobrachium rosenbergii).
“Udang air tawar tersebut berukuran cukup besar dan rasa yang bisa bersaing dengan jenis udang lainnya. Tehnologi budidaya udang capit panjang ini juga kami lakukan dengan  relatif sederhana,” ungkap Rahmat Amin.
Masih di areal lahannya, Rahmat Amin juga mengembangkan integrasi lainnya, termasuk integrasi pertanian (sawah), perikanan dan peternakan.  Di sekitar lokasi sawahnya tersebut, Rahmat Amin juga mengembangkan peternakan ayam potong, dimana bahan pakannya diantaranya juga memanfaatkan jerami dan sayur mayur yang ditanam di lokasi tersebut.
”Sedangkan  kotoran ayam bisa dimanfaatkan untuk pupuk pertanian dan keperluan pengembangan biogas lainnya,” ungkap Rahmat Amin yang tidak perlu mendirikan bangunan khusus untuk memelihara ribuan ayam potongnya selain terpal dan membiarkan ayam-ayam potong tersebut beraktifitas di areal persawahan. (vb/sam)

 Sumber : vivaborneo. 

0 komentar:

Followers

My profil

Foto saya
mahasiswi perikanan Unmul yg masih pengen belajar dunia perikanan
Photobucket
Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources
Photobucket
Photobucket

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google