09/08/11

Mempertahankan daging ikan agar tetap segar

Dalam kehidupan sehari-hari kita membutuhkan makanan yang mengandunng karbohidrat,protein,lemak dll. Oleh karna itu dibutuhkan makanan empat sehat lima sempurna. Dalam segi lauk pauk ikan merupakan salah satu hewan yang mengandung protein tinggi. Kandungan ikan antara lain 80% air, 20%protein,16% lemak dll. Dengan kandungan protein 20% ikan sangat berpotensi sebagai menu utama dalam memenuhi kebutuhan gizi.
Kita tahu bahwa daging ikan mudah busuk setelah dipanen dibandingkan daging hewan lainnya. Hal ini dikarenakan daging ikan lebih didominasi dengan air,dimana air merupakan media tumbuhnya mikroorganisme. Oleh karna itu setelah ikan di angkat dari air segera mungkin kita harus bias menangani agar ikan tidak cepat membusuk. Masa kesegaran ikan dapat diperpanjang dengan berbagai cara antara lain :
  • Jangan biarkan ikan menggelepar terlalu lama,segera mungkin mendapatkan perlakuan. karna semakin tinggi energi yang dikeluarkan semakin cepat pula proses kematiannya.
  • Buang insang,saluran pencernaan dalam perut ikan karena bagian ini sebagai media pertumbuhan mikroorganisme
  • Mencuci ikan yang sudah dibuang insang dan saluran pencernaannya dengan menggunakan air bersih.
  • Dll.
Menurut Badan Riset Kelautan dan Perikanan tahun 2003. Penanganan ikan basah harus dimulai segera setelah ikan diangkat dari air tempatnya hidup,dengan perlakuan suhu rata-rata rendah dan memperhatikan faktor kebersihan dan kesehatan. Perlakuan yang dikarenakan harus dapat mencegah timbulnya kerusakan fisik.
Penanganan pasca panen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun segar.
  • Penanganan ikan hidup
Ada beberapa ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai kek konsumen dalam keadaan hidup :
  1. Dalam pengangkutan hendaknya gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat celcius.
  2. Waktu pengangkutan sebaiknya pada pagi atau sore hari.
  3. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu pendek.
Ikan segar merupakan produk cepat turun kwalitasnya. Hal yang perlu diperhatikan kesegarannya antara lain :
  1. Penangkapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terluka.
  2. Sebelum dikemas ikan harus dicuci agar bersih dari lendir.
  3. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat dapat digunakan daun pisang/plastik, untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. (Bappenas,2000)
Pemasaran ikan hidup telah lama dikenal di beberapa daerah di Indonesia,terutama di pulau Jawa. Teknologi yang banyak diterapkan adalah transportasi ikan hidup sistem basah,pengangkutan ikan dengan menggunakan air sebagai media. Dalam hal ini air ditempatkan pada wadah pengangkut dengan sistem tertutup atau sistem terbuka. Pada pengangkutan jauh sebaiknya dilengkapi dengan untuk memungkinkan terjadinya suplai oksigen (Irianto,2007)

Sail Derawan Bersaing dengan Sail Komodo

Pulau Derawan
SAMARINDA – vivaborneo.com - Kaltim terus berupaya menyiapkan diri terkait rencana menggelar Sail Derawan 2013. Saat ini Dinas Pariwisata Kaltim mulai melengkapi proposal yang akan diajukan ke Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) sehingga dapat bersaing dengan Pemprov Nusa Tenggara Timur yang mengajukan Pulau Komodo. “Saat ini kita dalam proses melengkapi proposal Sail Derawan 2013 yang akan kita ajukan ke Kemenbudpar,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kaltim, Achmad Adha, di Kantor Gubernur Selasa (2/8).
Adha juga mengungkapkan kesiapan Bupati Berau Makmur HAPK yang mulai melakukan perbaikan infrastruktur dan homestay di kawasan Pulau Derawan dan sekitarnya, meski diakui nantinya peserta lebih suka tinggal di yacht (perahu) masing-masing daripada di home stay.
“Berdasarkan pengalaman pada Sail Bunaken tahun lalu, peserta lebih suka tinggal di yacht,” katanya.
Saat ini, yang menjadi kendala menurut Adha adalah kesimpulan ahli kelautan mengenai posisi geografis Derawan yang dianggap terletak di kawasan utara, sehingga rentan terjadi angin kencang dan arus yang deras, sehingga mengakibatkan kapal mengalami kesulitan berlabuh.
“Sangat disayangkan mereka belum pernah ke Derawan, padahal posisinya agak ke dalam, bukan di Perairan Ambalat seperti yang mereka kira,” sebut Adha.
Pada bagian lain, Kaltim juga harus bersaing dengan Nusa Tenggara Timur yang mengajukan Sail Pulau Komodo di tahun yang sama. Kaltim berharap jika tidak memungkinkan, event Sail Komodo bisa menjadi satu bagian dengan Sail Derawan.
“Kita mencoba melengkapi informasi mengenai pulau Derawan, misalnya informasi transportasi menuju ke sana jarak tempuh dan juga biaya,” katanya.
Pemerintah daerah terus berupaya agar potensi wisata Pulau Derawan dengan keindahan laut dan keanekaragaman biota lautnya semakin dikenal baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Beberapa bulan lalu digelar Lomba Foto Alam Bawah laut di Pulau Derawan dan Sangalaki yang diikuti sejumlah fotografer luar dan dalam negeri. (vb/gie)

Sumber : VivaBorneo
07/08/11

BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )

1. SEJARAH SINGKAT
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut tangkapan dari alam atau sebagai pos penampungan.
3. JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
4. MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
  1. Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
  2. Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
  3. Sebagai obat penambah darah.
5. PERSYARATAN LOKASI
  1. Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
  2. Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
  3. Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat C.
  4. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
  1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
    1. Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2 tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
    2. Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
    3. Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m 2 . Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2 . Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m 2 . Serta kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2 , hingga panjang belut pemanenan kelak berukuran 3-50 cm.
    4. Pembuatan kolam belut dengan bahan bak dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
    5. Peralatan lainnya berupa media dasar kolam, sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan peralatan-peralatan lainnya.
    6. Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
  2. Penyiapan Bibit
    1. Menyiapkan Bibit
      1. Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
      2. Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
      3. Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
      4. Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m 2 . Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
    2. Perlakuan dan Perawatan Bibit
      Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
  3. Pemeliharaan Pembesaran
    1. Pemupukan
      Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
    2. Pemberian Pakan
      Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
    3. Pemberian Vaksinasi
    4. Pemeliharaan Kolam dan Tambak
      Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
7. HAMA DAN PENYAKIT
  1. Hama
    1. Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan belut.
    2. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
    3. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
  2. Penyakit
    Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
8. PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
  1. Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
  2. Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen). Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
9. PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
  1. Analisis Usaha Budidaya
    Perkiraan analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
    1. Biaya Produksi
      1. Pembuatan kolam tanah 2 x 3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- Rp. 28.000,-
      2. Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- Rp. 225.000,-
      3. Makanan tambahan (daging kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,-Rp. 45.000,-
      4. Lain-lain Rp. 30.000,-
        Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
    2. Pendapatan: 3000 ekor = 300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
    3. Keuntungan Rp. 422.000,-
    4. Parameter Kelayakan Usaha 2,28
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Budidaya ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.

semoga artikel ini bermanfaat!!! jangan lupa coment nya...^_^

SUMBER sentra iptek

DKP Berupaya Wujudkan Program 500 Ribu Keramba

SAMARINDA – vivaborneo.com, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kaltim melalui bidang perikanan budidaya terus berupaya mewujudkan program 500 ribu keramba di Kaltim hingga 2014, terutama yang tersebar di 14 kabupaten dan kota.
“Instansi kami terus berupaya agar terwujudnya  program gubernur untuk 500 ribu keramba di Kaltim. Terutama untuk sektor perikanan budidaya, karena potensi perairan yang dimiliki daerah cukup besar. Khususnya di perairan umum baik sungai dan danau, bahkan eks galian tambang batu bara,” kata Kepala DKP Kaltim Iwan Mulyana, didampingi Sekretaris DKP Kaltim Rusdiansyah.
Sejak awal dicanangkan program keramba pada 2010 lalu terdapat sekitar 20.966 unit keramba, terutama untuk daerah yang memiliki sungai dan danau. Saat ini sudah jumlah keramba meningkat menjadi 34.200 unit dan terdapat di semua kabupaten/kota.
Dia menyebutkan Kabupaten Kutai Kartanegara terdapat jumlah karamba cukup besar. Walaupun mengalami penurunan, yakni pada 2010 sekitar 13.238 unit menurun menjadi 10.000 unit, namun tetap terbanyak dibanding daerah lain.
“Sesuai dengan sasaran pembangunan perikanan Kaltim, yakni peningkatan produksi perikanan rata-rata lima persen pertahun dan meningkatnya penyerapan tenaga kerja rata-rata enam persen pertahun,” jelasnya.
Program pengembangan 500 ribu keramba hingga 2014 nantinya dialokasikan di 14 kabupaten dan kota di Kaltim berdasarkan potensi masing-masing daerah. Target yang dikembangkan untuk Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 120 ribu keramba, Kabupaten Kutai Barat sekitar 75 ribu unit, Kabupaten Kutai Timur 32 ribu unit.
Kabupaten Malinau sebanyak  49 ribu unit, Kabupaten Nunukan dua ribu unit, Kabupaten Tana Tidung sebanyak 12 ribu unit, Kabupaten Bulungan 50 ribu unit, Kabupaten Berau 75 ribu unit, Penajam Paser Utara sebanyak  50 ribu unit, Kaupaten Paser  25 ribu unit, Samarinda tiga ribu unit, Bontang lima ribu unit, serta Tarakan dan Balikpapan masing-masing seribu unit.
Bahkan untuk mewujudkan program itu, telah didukung permodalan usaha dari sektor perbankan, yakni, Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kaltim telah mengucurkan dana untuk usaha ini melalui Kredit Perikanan Sejahtera.
“Pengembangan program ini turut menentukan keberhasilannya adalah komitmen dan kebijakan kepala daerah untuk mewujudkannya. Sehingga, masyarakat selaku pelaku usaha ini termotivasi untuk ikut mengembangkan program ini,” ujarnya.
Selain itu, potensi perairan umum yang tersedia sangat mendukung untuk pengembangan komoditi ini. Misalnya, Kabupaten Kutai Kartanegara yang dilalui Sungai Mahakam dan memiliki empat danau, yakni Danau Semayang, Danau Melintang, Danau Jempang dan Danau Siran.
Ditambahkannya, terhadap daerah-daerh lain yang memiliki perairan umum. Sedangkan komoditas yang dapat dikembangkan untuk perikanan budidaya melalui program keramba tersebut yakni ikan Nila, Mas, Patin, Lele, Betutu, Sidat dan Kerapu.(vb/mas)

Sumber : VivaBorneo

06/08/11

EKOSISTEM MANGROVE DAN PENGELOLAANNYA DI INDONESIA

        Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat besar, baik hayati maupun nonhayati. Pesisir merupakan wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh proses-proses yang ada di darat maupun yang ada di laut. Wilayah demikian disebut sebagai ekoton, yaitu daerah transisi yang sangat tajam antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1983 dalam Kaswadji, 2001). Sebagai daerah transisi, ekoton dihuni oleh organisme yang berasal dari kedua komunitas tersebut, yang secara berangsur-angsur menghilang dan diganti oleh spesies lain yang merupakan ciri ekoton, dimana seringkali kelimpahannya lebih besar dari dari komunitas yang mengapitnya.
            Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit. Sebagian manusia dalam memenuhi keperluan hidupnya dengan mengintervensiekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan. Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah
         mangrove, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir umumnya. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan semua ekosistem pesisir. Bahasan lebih kepada ekosistem mangrove, kaitannya dengan strategi dan pengelolaan mangrove. Hubungan antar ekosistem pesisir dibahas secara singkat manakala diperlukan untuk memperjelas keberadaan ekosistem mangrove.

Download Berkas PDF nya Di sini >>> PDF Mangrove

Sumber : Irwanto

Kreatifitas Petani Anggana, Budidayakan Udang Galah di Sawah

SAMARINDA – vivaborneo.com, Karya wirausaha Kaltim lainnya yang akan ditampilkan pada perhelatan Penas XIII di Tenggarong adalah budidaya padi dan udang galah yang dilakukan Kelompok Tani Perikanan Mandiri Jaya, Kecamatan Anggana yang dipimpin Rahmat Amin.
Budidaya udang galah dilakukan di lahan sawah seluas 6 hektar yang berada di sekitar aliran sungai, tak jauh dari sungai Mahakam. Dari budidaya yang dikembangkan, masih dari lokasi yang sama, Rahmat Amin bisa melakukan panen untuk hasil padi dan panen dari hasil budidaya ikan dan udang galah.
“Awalnya lewat program minapadi, kami memanfaatkan berbagai jenis ikan yang sudah biasa hidup di sawah, ikan mas, nila. Nilem dan tawes. Akhirnya, kami juga bisa membudidayakan udang galah yang memiliki harga jual lebih tinggi,” kata Rahmat Amin.
Hingga saat ini, harga jual udang galah masih cukup tinggi.  Udang konsumsi untuk ukuran 20 – 30 ekor/kg di pasar lokal laku dijual dengan harga antara Rp35.000 – Rp50.000/kg. Namun sayang, daerah pengembangan budidaya udang galah masih terbatas di pulau Jawa dan Bali, serta Sumatera Selatan.
Setiap kali panen, Rahmat Amin bisa memanen tidak kurang dari 80 kg  udang galah untuk setiap hektar lahan sawahnya. Dengan ukuran bervariasi, rata-rata harga udang dalah dijual Rp50.000 /kg (penjualan di tempat).
Rahmat Amin yang giat mengikuti berbagai pelatihan keterampilan dan kewirausahaan tersebut terus mengembangkan usahanya dengan melakukan berbagai upaya, diantaranya dengan penggunaan benih berkualitas yang berasal dari Bali (macrobrachium rosenbergii).
“Udang air tawar tersebut berukuran cukup besar dan rasa yang bisa bersaing dengan jenis udang lainnya. Tehnologi budidaya udang capit panjang ini juga kami lakukan dengan  relatif sederhana,” ungkap Rahmat Amin.
Masih di areal lahannya, Rahmat Amin juga mengembangkan integrasi lainnya, termasuk integrasi pertanian (sawah), perikanan dan peternakan.  Di sekitar lokasi sawahnya tersebut, Rahmat Amin juga mengembangkan peternakan ayam potong, dimana bahan pakannya diantaranya juga memanfaatkan jerami dan sayur mayur yang ditanam di lokasi tersebut.
”Sedangkan  kotoran ayam bisa dimanfaatkan untuk pupuk pertanian dan keperluan pengembangan biogas lainnya,” ungkap Rahmat Amin yang tidak perlu mendirikan bangunan khusus untuk memelihara ribuan ayam potongnya selain terpal dan membiarkan ayam-ayam potong tersebut beraktifitas di areal persawahan. (vb/sam)

 Sumber : vivaborneo. 

Followers

My profil

Foto saya
mahasiswi perikanan Unmul yg masih pengen belajar dunia perikanan
Photobucket
Indonesian Freebie Web and Graphic Designer Resources
Photobucket
Photobucket

Translate

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google